Hai, ibu-ibu!... Pernah ngga mengalami ‘mendadak butuh’ sesuatu saat sedang mengerjakan pekerjaan domestik yang ngga memungkinkan untuk nge-mall karena rumah yang berlokasi di suburb (halah... bilang aja nyempil di pinggiran kota ) demi membeli grocery needs? Seberapa nyempil rumah anda? Dan adakah minimarket terdekat yang ‘menyelamatkan’ in last seconds? Yup! Alfamart, adalah salah satu minimarket yang merakyat. Di wilayah manapun kita tinggal, selalu ada saja toko dengan logo warna merah menyala dan lebah sebagai maskotnya ini. Bukan hanya soal minimarket, Alfamart hampir setiap tahun mengadakan pelatihan pemberdayaan, dan tahun ini adalah pelatihan yang ke-5. Baru tahu, kan? *atau cuma saya yang baru tahu?
Memberdayakan Perempuan Melalui Pelatihan
Pagi itu, Jum’at 26 November 2021 mendung menyelimuti sebagian wilayah Jember bagian selatan dan barat. Saya melaju pagi-pagi sekali demi menghadiri acara Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Khusus Perempuan yang diadakan oleh Alfamart cabang Jember berkolaborasi dengan The Jannah Institute(TJI). Sesampai di lokasi dan duduk dengan nyaman di kursi yang tersedia, hujan mulai turun. Minuman hangat berupa teh dan susu sudah tersedia di meja. Saya mengambil segelas susu. Tim TJI dan Panitia Alfamart sudah tampak di sana dan sibuk berkoordinasi. Sambil sesekali ngobrol santai dengan Mbak Prita HW, founder TJI sekaligus host acara pelatihan pagi itu, saya mengamati pemandangan sekitar.
Jember Mini Zoo. Hamparan hijau di depan mata lumayan menyegarkan. Terletak di antara bangunan peninggalan Kolonial Belanda di dalam komplek Redjo Agung, pilihan lokasi ini tepat sekali, mengingat akan banyak sekali anak-anak yang hadir juga. Bukan sebagai peserta, tapi menemani ibu-ibu mereka mengikuti serangkaian pelatihan.
Kurang lebih tiga puluh menit mundur dari jadwal, ibu-ibu peserta acara pelatihan mulai berdatangan. Beberapa diantaranya terlihat setengah basah, efek kehujanan di tengah jalan. Mereka saling menyapa satu sama lain dengan wajah yang ceria, tak mengeluh sedikitpun tentang sepatu atau rok yang basah. MasyaAllah, turunnya hujan memang bukan untuk dikeluhkan karena ada keberkahan di dalamnya.
Host sekaligus founder TJI, Prita HW |
Tepat pukul 09.00 WIB, Mbak Prita HW memulainya dengan membacakan rundown acara pada hari itu. Satu orang mewakili Alfamart untuk membuka acara dan empat narasumber sudah siap di posisinya masing-masing.
Alfamart Tangguh Menghadapi Pandemi
Pak Safii, Alfamart PR
Acara dibuka oleh Bapak Safi’i, Alfamart Public Relation, memberikan sambutan di awal acara. Beliau menyampaikan bahwa ini adalah pelatihan khusus perempuan ke-5 yang diadakan oleh Alfamart. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini, Alfamart mengangkat konsep “Alfamart Tangguh”, mengingat sepanjang dua tahun ini kita mengalami musibah pandemi. Meski demikian, Alfamart belum pernah melakukan PHK terhadap karyawan-karyawannya disaat banyak perusahaan lain di masa ini melakukan pengurangan karyawan sebagai usaha penyelamatan perusahaan. MasyaAllah, terharu saya mendengarnya.
Wadah Bagi Pelaku UMKM
Siapa yang tak pernah berbelanja ke Alfamart? Saya yakin tak ada. Alfamart merupakan grocery store yang (mungkin) ada di tiap wilayah dari sabang sampai merauke. Tak hanya di kota, Alfamart juga menjangkau bagian paling pelosok suatu wilayah. Ini merupakan salah satu kemudahan berbelanja yang sangat membahagiakan ibu-ibu seperti saya.
Belakangan, saya sering berpikir tentang beberapa produk Alfamart yang tersedia di gerai kota A berbeda dengan yang ada di gerai kota B. Sebagai contoh, saya menyukai makanan asin dan pedas. Jadi saya sering membeli basreng Mak Icih dan makaroni panggang dengan brand Alfamart di beberapa gerai yang ada di Kabupaten Jember. Saat saya tinggal dalam kurun waktu tertentu di Kabupaten Bojonegoro, saya tak menemukan keripik basreng Mak Icih di gerai manapun. Justru makaroni panggang yang biasa saya beli terpajang berdampingan dengan basreng brand Alfamart, yang tentu saja harganya lebih murah dibandingkan dengan basreng Mak Icih. Kok bisa beda-beda ya?, kata saya dalam hati.
Ternyata pertanyaan saya itu dijawab oleh Ibu Neni Restini selaku Merchandising Manager Alfamart Jember. Salah satu tugas Ibu Neni adalah mencari brand-brand produk nasional dan lokal (UMKM) untuk dipasarkan di gerai-gerai dalam wilayah kota Jember dan sekitarnya.
Beliau menjelaskan bahwa Alfamart memiliki kepedulian terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di suatu wilayah, terutama bagi mereka yang tidak memiliki prasarana untuk memasarkan produknya. Menurutnya, siapapun pelaku UMKM dalam satu wilayah tersebut memiliki kesempatan untuk mengembangkan usahanya, dengan Alfamart sebagai wadahnya.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan persyaratan yang harus di miliki oleh pelaku UMKM, diantaranya:
1. Para pelaku merupakan produsen dan bukan pengepul (pelaku memproduksi sendiri barangnya)
2. Tempat produksi harus sesuai dengan standar pemerintah mengenai kebersihan dan kesehatan tempat produksi usaha rumah tangga
3. Jenis barang yang diproduksi harus sesuai dengan permintaan pasar
4. Jumlah produksi harus mencukupi kebutuhan Alfamart, sehingga tidak terjadi kekosongan di cabang-cabang Alfamart yang lain (dalam satu gerai, stock barang yang wajib tersedia minimal 6 pcs per jenis produk dan harus selalu tersedia saat dibutuhkan)
5. Memiliki ijin legalitas produk (seperti, MD/PIRT, sertifikat halal, dan lain-lain)
6 Memiliki komitmen terhadap kualitas produk (kualitas barang saat uji kelayakan sama dengan kualitas barang yang diproduksi secara besar dan tidak berubah)
7. Memberikan harga terbaik dan cenderung lebih murah dari item yang sejenis (misalnya, jenis produk lokal berupa keripik singkong harus lebih murah dibandingkan dengan keripik singkong dengan brand nasional)
8. Memiliki jaringan distribusi yang baik
9. Produk harus lolos tes laboratorium
10. Produk lokal yang berhasil dipasarkan oleh Alfamart akan dievaluasi secara berkala tiap 3 bulan sekali. Produk yang lolos evaluasi akan tetap dipasarkan oleh Alfamart, sedangkan yang tidak lolos evaluasi akan beresiko menerima sanksi berupa diskontinyu kontrak.
Ibu Neny Restini, Merchandising Manager |
Sebagai tambahan, barang yang sudah dipacking dengan brand lokal akan dijual di gerai-gerai alfamart di kota tersebut saja, kecuali jika barang diproduksi dalam jumlah besar, maka pihak Alfamart akan mendistribusikan ke gerai-gerai Alfamart di sekitar wilayah tersebut. Misalnya, kue kacang yang diproduksi oleh Ibu A yang berdomisili di Jember berjumlah sangat besar, maka produk Ibu A tersebut tidak hanya dipasarkan di gerai Alfamart se-kota Jember namun gerai-gerai di luar wilayah Jember, seperti Banyuwangi atau Lumajang. Belum punya brand? Tak masalah, Alfamart bersedia menjadi brand untuk produk lokal ibu-ibu.
Para peserta yang hadir tampak antusias menyimak penjelasan dari Ibu Neni. Pagi menjelang siang itu, Ibu Neni kebagian banyak pertanyaan dari peserta. Terbukti, para perempuan ingin turut ambil bagian dalam meningkatkan perekonomian secara produktif positif.
Promo Berkala Alfamart
Ada promo apa saja nih pekan ini? Kalau bulan depan? Sabar..., Ibu Heny Marlina selaku Marketing Manager Program Promo Alfamart, memaparkan tentang promo-promo yang sedang berlangsung di Alfamart. Promo-promo tersebut dapat kita pantau melalui aplikasi Alfagift.
Beberapa waktu lalu, adik ipar saya menunjukkan aplikasi Alfagift dari Hpnya. Dia menjelaskan pada saya mengenai kemudahan-kemudahan yang didapat apabila berbelanja melalui aplikasi tersebut. Bahkan, beberapa produk yang tertera di aplikasi memiliki harga yang lebih murah dibanding berbelanja langsung ke gerainya. Dia, yang memiliki satu batita dan satu bayi tentu merasa sangat terbantu dengan berbelanja menggunakan aplikasi. Tanpa repot-repot keluar rumah (biasanya saya kebagian jagain dua anaknya kalau dia sedang berbelanja), kurir Alfamart tahu-tahu sudah ada didepan rumah dengan belanjaan pesanan adik ipar saya. Mudah ya?
Oh iya, bagi yang hobi berburu voucher belanja gratis, Alfamart juga mengadakan Program Event yang ditayangkan secara live di Instagram setiap hari kamis. Hayuk lah kita pantau!
Sampah Plastik Jadi Cantik?
Ibu Mira Christina dan daun monsteranya
Puas dengan bermacam-macam promo, pukul sepuluh pagi, Ibu Mira Christina, Koordinator Bank Sampah Kampoeng Recycle berkesempatan memberikan materi tentang mendaur ulang sampah plastik. Tahu sendiri, ibu-ibu tak lepas dari urusan plastik. Belanja sayur dibungkus plastik, beli telur setengah kilogram dibungkus plastik, bahkan membeli cabe rawit seribu rupiahpun, si tukang sayur membungkusnya dengan plastik. Bisa dibayangkan dalam satu hari, berapa jumlah sampah yang kita bawa ke rumah.
Kebanyakan kantong-kantong plastik itu dibuang begitu saja di tempat sampah. Tak sadar dampaknya bagi lingkungan dalam jangka panjang. Nah, ibu cantik ini memberikan solusi kreatif bagi para ibu untuk mensiasati pemanfaatan sampah plastik.
Penjelasan singkat Ibu Mira mulai membuat ibu-ibu ‘terbakar’ oleh keingintahuan, termasuk saya hehe. Saking antusiasnya, ibu-ibu mulai berdiri dan maju ke depan ingin menyaksikan dari dekat bagaimana mengolah sampah plastik menjadi daun monstera cantik. Peralatan yang dibutuhkan hanyalah setrika dengan panas sedang, gunting, dan kawat yang dipotong-potong sebagai tangkai bunga. Dua atau tiga plastik kita tumpuk menjadi satu lalu di setrika di bawah kertas minyak (kertas untuk bahan layang-layang), lalu plastik yang sudah disetrika itu kemudian dipotong menyerupai daun monstera dan memberi beberapa lubang di bagian daunnya.
menyetrika plastik bekas dipandu oleh Ibu Mira |
Dalam sehari, ibu Mira dapat membuat 4 buah daun monstera dan beliau menjualnya seharga 45-75 ribu rupiah per pot. Wah... saya kaget, plastik bekas yang biasanya membuat saya emosi berat kalo berserakan di rumah ternyata bisa juga menghasilkan uang. Seorang teman yang baru saya kenal pada hari itu berbisik pada saya,
“Padahal harga monstera aslinya mahal, sampai ratusan ribu.”
“Oh ya?” Kata saya sambil melongo.
“Harganya sesuai jumlah bolongannya.”
“Hah?! Ngga masuk akal dong ya?,”
“Emang.”
“Kadang keindahan ngga bisa dinalar ya? Mestinya yang utuh yang mahal, bukan yang berlubang,” kata saya sambil melongok ke bagian bawah gamis saya yang baru saja berlubang akibat nempel di knalpot motor. Kami berdua tertawa.
Ibu-ibu bersemangat menyimak penjelasan narsum |
Daun monstera yang kami buat dari plastik bekas tentu saja tak semahal daun monstera yang asli. Tapi, setidaknya, kita tak lagi menjadi bagian dari penyumbang sampah di Indonesia (tak perlu juga menyiramnya tiap hari. Cocok untuk ibu-ibu ‘penikmat keindahan tapi bukan perawat yang baik’, haha).
Well, Kantong plastik bekas adalah barang yang tak ingin disimpan oleh sebagian besar orang. Namun, melalui tangan-tangan kreatif, sampah buruk rupa bisa menjadi cantik, bahkan menghasilkan uang. Tertarik untuk berkreasi dengan sampahmu?
Ingin Berjualan Tapi Tak Memiliki Modal
Selesai dengan keseruan membuat daun-daun cantik monstera, ibu-ibu kembali serius memperhatikan materi yang disampaikan oleh Bapak Bagus Alfian selaku Marketing Specialist International Business and Technology, yang merupakan narasumber terakhir. Beliau menyampaikan materinya dengan cukup lugas dan mudah dipahami oleh peserta.
Bapak Bagus Alfian, Marketing Specialist International Business and Technology |
Bisnis franchise merupakan salah satu usaha yang bisa dimiliki dan dioperasikan oleh perseorangan dengan menggunakan nama brand yang dimiliki oleh pemilik franchise atau franchisor dengan harapan memperoleh keuntungan. Alfamart yang merupakan salah satu franchise terbesar di Indonesia, mematok nilai franchise fee sebesar 500-600 juta rupiah bagi penerima franchise atau franchisee untuk memanfaatkan haknya atas brand tersebut.
Cukup mahal, ya?
Boro-boro mengeluarkan uang ratusan juta untuk sebuah franchise, beli ikan tongkol di pasar aja sampai harus adu argumentasi dengan si penjual demi mendapatkan harga murah, itupun akhirnya harus bahagia walaupun hanya selisih seribu perak.
Nah, Alfamart memahami kegigihan para perempuan dalam mengontrol keuangan. Maka, sebagai digital overview tahun 2021, Alfamart menyajikan toko virtual yang diberi nama Alfamind. Kelebihannya, kita tak perlu mengeluarkan modal, tak perlu memiliki produk yang akan dijual, dan keuntungannya menggunakan sistem bagi hasil. Lho, kalau tak punya produk, kita jualan apa? Yang kita jual adalah produk-produk yang ada di gerai Alfamart.
(FYI, Alfamind ini merupakan program baru dari Alfamart. Dibuat pada tahun 2016 dan baru diadakan launching pertamanya pada tahun 2018. Saat ini, Alfamind bekerja sama dengan SMK 4 Jember. Mereka berharap ke depannya akan lebih banyak lagi lembaga dan instansi yang berkolaborasi dengan program andalan terbaru Alfamart ini)
Ilustrasinya: Ibu A yang tinggal di Jember memiliki anak yang sedang menempuh kuliah di Surabaya. Suatu hari si anak yang hobi jajan ini minta kiriman uang untuk beli camilan dengan alasan musim hujan membuat perutnya sering merasa lapar. Ibu A yang khawatir dengan penggunaan uang yang tak semestinya oleh si anak akhirnya berinisiatif membelikan camilan menggunakan aplikasi Alfamind. Ada sepuluh daftar nama camilan yang dipesan oleh Ibu A dari Jember. Kemudian Ibu A membayar sejumlah uang kepada Alfamart menggunakan top up di rekening Alfamind milik sang Ibu. Tak memakan waktu lama, kurir Alfamart di wilayah Surabaya mulai menyiapkan pesanan Ibu A dan mengirimkannya langsung ke kost si anak.
Semudah itukah?
Ya! Belum lagi keuntungan lain yang akan didapat, yaitu:
1. Margin
2. Margin tambahan
3. Margin kwartal
4. Potongan ongkir
Selain itu, para pemilik aplikasi Alfamind akan diberi ‘kuliah khusus’ oleh Bapak Bagus melalui WA Group mengenai tata cara penjualan melalui aplikasi dan strategi-strategi pemasarannya. Menarik ngga, sih?
Foto bersama di akhir sesi |
Lalu, kenapa sih sasarannya ibu-ibu? Simple! Karena perempuan itu multi tasking. Mereka... eh kami bisa melakukan banyak tugas dalam satu waktu. Mencuci sambil sesekali berteriak membenarkan hafalan anak salah yang salah. Tetap bisa meracik bumbu dengan benar meskipun suami mengajak ngobrol ngalor ngidul, dan banyak lagi.
Nah, ibu-ibu!... istimewa sekali ya Allah menciptakan perempuan, meskipun beberapa orang masih menuntut kesetaraan gender. Padahal Allah sudah memberi karunia yang luar biasa bagi para perempuan. Banyaknya keahlian yang dimiliki perempuan harusnya bisa dipergunakan sesuai porsinya.
Pelatihan aja dibuat 'khusus' dengan harapan ide-ide dan keahlian yang dimiliki perempuan dapat terakomodir secara baik dan tepat. Termasuk Alfamart yang menyediakan kesempatan bagi perempuan untuk mampu memberdayakan dirinya sendiri.
Selamat berkarya, ibu!
Dokumentasi:
Penyerahan bingkisan kepada TJI |
Penyerahan bingkisan kepada reviewer terbaik via instagram |
penyerahan bingkisan kepada penanya terbaik |
Penyerahan bingkisan kepada Kampoeng Recycle |
1 Komentar
Seger banget bacanya. Mengalir pol. Bener bener beda memang ya kalau habis terbit buku solo hehe. MasyaAllah.
BalasHapus