keluarga, sumber: google |
Menjadi orang tua adalah hal yang paling didambakan oleh setiap pasangan yang baru menikah. Impian memiliki kehidupan rumah tangga yang ideal merupakan cita-cita bagi setiap orang, namun sayang, tak jarang juga yang belum memahami ilmunya.
Kehidupan Baru Pernikahan
Saya sendiri contohnya. Awal menikah, yang paling di nanti-nanti adalah kehadiran buah hati. Hanya berselang dua bulan setelah menikah, saya hamil anak pertama. Senangnya bukan kepalang. Selama 9 bulan kehamilan saya hanya mengkonsumsi makanan bernutrisi untuk bayi saya dan mengontrol perilaku hidup sehat.
Hingga saat kelahiran, saya baru tersadar bahwa saya melupakan sesuatu yang penting untuk saya konsumsi sebelum bayi saya lahir. Ya, ilmu parenting. Saya benar-benar kebingungan bagaimana memperlakukan bayi mungil itu karena tak memiliki pengetahuan apapun tentang mengurus bayi.
Tak hanya sampai di situ, bahkan saya akhirnya ‘tega’ menitipkan bayi saya pada kedua orang tua karena pada waktu itu, saya, yang workaholic, ingin segera bekerja kembali tanpa terganggu oleh bayi. Subhanallah! Betapa kufurnya saya akan nikmat yang diberikan Allah, padahal saya tahu di luar sana banyak pasangan yang telah menikah belasan bahkan puluhan tahun belum juga dikaruniai anak.
Lebih Baik Terlambat Dari Pada Tidak sama Sekali
Sampai ketika anak saya memasuki usia sekolah, saya tiba-tiba merindukannya. Saat itu saya mendatangi kedua orang tua dan mengambil alih pengasuhan anak yang seharusnya menjadi tanggung jawab saya semenjak dia lahir. Sungguh lucu, saya dan anak saya membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk saling beradaptasi satu sama lain.
Tak hanya saya, suamipun terlihat kaku dalam memperlakukan anaknya sendiri. Apalagi saat menghadiri sebuah acara kantor, di mana saya membawa serta anak saya. Teman-teman melihat saya begitu canggung berinteraksi dengan anak. Saya malu.
Berkat acara tersebut, saya mulai belajar ilmu parenting. Semua buku yang berkaitan dengan parenting saya baca, kemudian saya praktikkan. Hingga saat melahirkan anak kedua saya merasa lebih siap menjadi seorang ibu, pun demikian dengan suami saya.
Kapan Ilmu Parenting Dipelajari?
Ilmu yang berkaitan dengan pengasuhan anak ini seharusnya sudah bisa dipelajari oleh pasangan yang akan memasuki jenjang pernikahan. Jangan seperti saya, sibuk memberikan gizi dan nutrisi untuk fisik sang bayi, namun lupa ‘nutrisi’ pengasuhan anak.
Meski mempelajari ilmu parenting secara teori lebih mudah daripada praktik langsung, namun jika kita telah memiliki ilmunya, setidaknya kita mampu mengontrol setiap tindakan kita yang akan merugikan tumbuh kembang anak. Anyway, setelah belajar ilmu parenting, ada satu hal yang lekat dalam ingatan saya, bahwa orang tua wajib meminta maaf pada anak jika salah. Sebelumnya, yang saya tahu, orang tua punya pasal-pasal absolut yang merugikan pihak anak. Pasal 1, orang tua berhak mendapat kata maaf dari anak. Pasal 2, jika orang tua bersalah, maka kembali ke pasal 1. Hehehehe.
Bagaimana Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak?
Pada setiap acara parenting, pesertanya mayoritas ibu-ibu dan narasumbernya pun kebanyakan wanita. Pernah saya mendapati seorang ayah terlihat kikuk di antara kerumunan ibu-ibu peserta sebuah acara parenting. Awalnya saya kira beliau adalah salah satu panitia acara, tapi ternyata bukan. Beliau menghampiri salah satu kursi peserta yang kosong. Bagi saya itu pemandangan aneh, seorang ayah mengikuti acara parenting?
Paradigma kita selama ini yang menjadikan ibu sebagai tokoh penanggung jawab dalam pengasuhan anak ini ternyata salah. Ayah, merupakan sosok penting dalam kehidupan berumah tangga. Dalam Al Qur’an, banyak kisah yang menceritakan tentang peran ayah dan anaknya, dialog-dialog antara ayah dan anak, serta nasehat-nasehat ayah pada anaknya, bahkan Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, dan Nabi Ya’qub merupakan panutan terbaik bagi ayah-ayah saat ini.
Ayah Belajar Parenting
Sugianto, atau biasa
dipanggil kang Ugi atau ayah Ugi, merupakan salah satu ayah masa kini yang
peduli pada pengasuhan anak. Saya ingat, pertama kali ikut kelas blogging, saya
kesulitan dalam me-manage blog ini dan hampir saja menyerah. Kang Ugi,
yang merupakan peserta di kelas yang sama, berbaik hati membantu saya dalam
setiap prosesnya. kebetulan saya adalah orang yang kadang sedikit ‘rempong’,
jadi seringkali saya merepotkan kang Ugi dengan permintaan yang bertubi-tubi
(padahal dibantu gratis lho, hehehe). Selanjutnya, saya akan membuktikan bahwa kang Ugi bukan hanya blogger yang sudah berbaik hati membantu newbie macam saya. Beberapa bidang digelutinya sekaligus dalam waktu bersamaan.
Passion dan Profesi
Berangkat dari kisahnya di masa lalu, saat dia kuliah namun terpaksa harus merasakan menjadi ‘ayah’ bagi keponakannya. Saat itu, kakak perempuannya sakit setelah melahirkan. Sementara suaminya mengurus istrinya, kang Ugi mau tak mau harus menggantikan peran kakaknya sebagai ayah sekaligus ibu. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya mengurus bayi baru lahir dari mulai menyiapkan susu sampai dengan mengganti popoknya, sementara dia adalah anak kuliah yang belum berumah tangga. Namun hal itu dia lakoni dengan ikhlas.
Tak hanya kisah epic menjadi ‘ayah dadakan’ bagi keponakannya, kang Ugi semakin merasa bahwa parenting adalah passionnya ketika dia banyak mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pengasuhan anak.
Beruntung, pengalaman dalam pengasuhan anak di masa lalu sekaligus ketertarikannya di dunia parenting membuatnya tak lagi canggung membantu istri yang dinikahinya pada tahun 2015 dalam mengasuh kedua putrinya.
karena untuk berbagi, tak harus menunggu di atas, apalagi sempurna.
Meskipun latar belakang profesi sebagai amil pada sebuah lembaga zakat yang sama sekali tak berkaitan dengan passion yang digeluti ini, namun kang Ugi yakin bahwa apa yang dia bagi untuk orang lain, selama itu bermanfaat, akan menjadi ladang pahala baginya. Benar kan kata saya? Banyak bidang yang di borong oleh ayah dua anak ini. Semoga kang Ugi bisa terus menebar manfaat bagi orang lain.
3 Komentar
Membantu karena pas bisa, saya yakin mb Diah juga akan melakukan hal yang sama kalau ada teman yang membutuhkan.
BalasHapusWah, kisah menjadi orang tua yang betul-betul penuh perjuangan ya mb. Alhamdulillah bisa menaklukkan ya.
MasyaAllah ternyata semua orang tua punya perjuangan masing-masing dalam membesarkan anak. Semoga perjalanan baru Mbak Diah berkah.
BalasHapusSependapat banget sama Mbah Diah ini, bahwasanya kita perlu memelajari ilmu yang berkaitan dengan pengasuhan anak, pun harus dikuasai oleh pasangan yang akan memasuki jenjang pernikahan. Sangat perlu.
BalasHapusJujur, saya sampai sekarang masih belum pernah berjumpa langsung dengan beliau, meskipun satu grup hehe.
Mudah-mudahan nanti bisa bertemu, dan ketularan ilmu-ilmu parentingnya dan tentunya ilmu-ilmu yang lainnya.